Klik sini untuk membeli Buku dan VCD Keadilan terbaru !
Faisal Mustaffa's Facebook profile


Bangkitlah Kaum Buruh & Petani
Menentang Ekstremis & Hipokrits!


~ faisal mustaffa online ~


 

Thursday, January 29, 2009

Pameran Solo Catan Kartika Affandi - Pembuka Mata Karyawan Malaysia



Seniman tersohor Indonesia, Kartika Affandi, 73 memukau rakyat Malaysia menerusi lukisan-lukisan yang dibawanya untuk pameran solonya yang diadakan di Kuala Lumpur sehingga 9 Februari ini.

Lukisan-lukisan yang pernah dihasilkan sejak 1977 dipamerkan dalam Pameran Solo Catan Kartika Affandi di Galeri RA Fine Arts dan dikuratorkan oleh Dr Zakaria Ali, seorang pensyarah di sebuah institusi seni di negara ini.

Sesungguhnya, kemasyuran Kartika bukannya dari bapanya, Affandi yang merupakan lagenda kepada Indonesia. yang sering menimbulkan kontroversi terutamanya sewaktu menunggangi gelombang kebebasan yang dibawa percikan revolusi sebelum kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Affandi pada waktu itu menubuhkan “Seniman Masyarakat”, kemudian “Seniman Indonesia Muda”, dan kemudian”Seniman Indonesia Muda”, Pelukis Rakyat” dan “Gabungan Pelukis Indonesia”, bertujuan membebaskan diri daripada kongkongan dikenakan oleh orang Belanda yang memandang rendah kaum peribumi pada waktu itu.

Betapa mendalamnya kasih kepada Affandi, Kartika menukilkan dalam “Tiga Muka/ 25 Mata Affandi” (2007). Ibu Kartika menangkap Affandi dalam tiga keadaan: puas hati (atas), kesakitan (kiri) kegugupan (kanan). Ketiga-tiga keadaan ini menjadi lebih jelas dalam 25 buah mata, yang sentiasa memerhatikan dia, membimbing, memarahi, menenangkan.


Meyorot kembali sejarah perjuangan Ibu Kartika, ketika berusia 23 tahun, beliau melukis sebuah potret diri yang membuktikan kemahirannya sebagai pelukis. Bagi Ibu Kartika, sebidang kanvas kosong diangap sebagai sejenis penghinaan yang mesti dilipat-balas.

Salah satu hasil lukisannya ialah “Kelahiran Semula” (1981). Di dalam lukisan tersebut, beliau dirinya dilahirkan dilahirkan semula sebagai watak yang tersiksa, dengan wajah yang lebih tua daripada usia bayi yang sepatutnya luhur. Tanpa keajaiba tersebut maka kini dia dibebani masalah yang skar dibereskan. Kepalanya dilingkari merah, dia tetap berazam untuk memulihkan dirinya daripada kusta-kusta silam.

Selanjutnya, dalam “Potret Diri dan Kambing” (1989), dia sekali lagi ditekan oleh beratnya rasa benci dii, menyayangi seekor kambing untuk mendapatkan perhatian. Dengan berbuat demikian, dia mengakui wataknya setaraf dengan binatang, menidakkan kebolehannya untuk memilih menyuburkan benih-benih manusiawi, yakni suatu kebolehan yang tiada pada haiwan. Namun, dengan lingkaran geap pada matanya, kambing itu muncul menarik sekali. Sebaliknya, watak manusia itu kebingungan, berambut kusut, keliru, mencari-cari peangan yang patah, tanda-tanda petunjuk yang hilang.

Ibu Kartika mempunyai sikap yang ambivalent terhadap binatang seperti yang dijelaskan dalam adegan “Angsa Hitam” (2003). Pasangan angsa ini kelihatan seperti sedang menari, berlagak, atau berlawan? Kepak-kepak mereka mengembang, leher melengkuk, kaki terkangkang, berpendirian agresif dan kelihata bersedia untuk menyerang. Manakala seekor angsa kepaknya lunjun merah: menggambarkan syawat atau darah? Adakah ini bermakna tibanya musim mengawan bila sang jantan berlagak garang?

Naluri tersebut turut dimiliki manusia. Memasuki “Warung Kopi di Lingga, Sumatera Utara” (1977), Ibu Kartika, suku Jawa yang berpendirian terbuka, merah marah sebab pelanggan semuanya lelaki, yang sembang-sembang, sesudah penat bekerja di lading. Kaum ibu pun turut bekerja tapi tidak digalakkan masuk. Untuk membetulkan ketidakadilan ini, Ibu Kartika telah mendirikan eselnya di dalam warung tersebut lantas melukis gambar pelanggan lelaki, sebagai cara membalas dendam. Ibu Kartika lantas memasukkan dirinya dengan duduk di hujung meja, betul-betul di tengah gambar disamping kaum ibu yang lain sedang mendukung anak: begitu bengang Ibu Kartika.

Kartika Affandi pernah mengadakan pameran di seluruh dunia termasuk Indonesia, Itali, Pranchis, Australia, Brazil, China, Hungary dan Amerika Syarikat.

Hasil-hasil seni Kartika juga banyak dibincangkan di dalam banyak penerbitan antarabangsa seperti Soul, Spirit and the Mountain, Preoccupations of Contemporary Indonesian Painters (Oxford University Press, 1994) dan di majalah seperti Art in America.

Sebagai seorang penggiat seni, Kartika juga banyak menerima jemputan bersyarah di Sydney Opera House Australia, Regent Hotel, Hong Kong dan Mills College Oakland, California.

Semasa berada di Kuala Lumpur, Kartika mengambil kesempatan untuk melukis keadaan di Kampung Baru, kampung tertua di ibukota. Berceritakan pengalamannya, beliau gembira sekali melihat anak-anak penduduk di Kampung Baru mengerumuninya melihat dia melukis. Dia secara tidak langsung membuat demonstrasi secara plein-air.

Kartika juga sering menyumbangkan karya-karyanya untuk tujuan kebajikan seperti pemuliharaan bangunan warisan dan mangsa tragedi tsunami di Acheh.



Labels: ,

 

 

Teater Kompilasi Vol. 1

Ditayangkan bermula:
28 Januari - *1 Februari 2009 pada 8:30pm

*1 Februari - dua tayangan: 3.30pm & 8.30pm

Tempat:
Stor Dewan Bahasa dan Pustaka, Jalan Wisma Putra, Kuala Lumpur.



Projek KoKEN : Teater Kompilasi Vol. 1 adalah sebuah kerja kolaborasi 4 orang pengarah.

Dengan menggunakan tag line 4 kes satu motif, teater ini akan dibahagikan kepada 4 cerita yang dihasilkan melalui proses devised di antara pengarah dengan pelakon dan proses ini diikatkan dengan satu tema iaitu Kuasa.

Ke empat-empat cerita ini akan dipersembahkan selama 30 minit setiap satu secara berterusan selama 2 jam.


Pengarah Artistik
NAM RON

Pengarah dan Penulis Skrip
ZAHIRIL ADZIM- "Teruk"

FARED AYAM - "Stabil"

KHAIRUNAZWAN - "Pokok Kelapa Sayang"

KHAIRIL RIDZUAN - "Tambat Kaki"

Pelakon
AMERUL AFFENDI, INTAN DIYANA, SHERRY ABDULLAH, FARED AYAM

Sinografer
YUSMAN MOKHTAR

Pengarah Muzik
INDRA ZAABA

Dramaturge
MOIZZIS R.CONG

PUBLISITI & PEMASARAN
SHERRY, FAISAL MUSTAFFA

 

 

Monday, January 26, 2009

Police entry, one two jaga, Kugan mati.....


By Hafidz Baharom

I’m currently dumbfounded of how the police is being handled, and handling others.

First and foremost, the amount of force used to break up a group of illegal protesters varies from time to time. From chemically laced water cannons on BERSIH protesters, to simply letting the “Walk for Media Freedom” people disperse without incident after 30 minutes.

Allowing a raging bunch of lunatics protest in front of the American Embassy for Gaza, yet somehow stopping another raging bunch of lunatics demanding a million bucks each from the Queen of England.

And then, stopping a march for the Orang Asli’s to the King’s Palace to present a memorandum for themselves, yet somehow allowing a protest by UiTM students over a 10% quota quote by the MB of Selangor.

Frankly, I would like to ask the PDRM a simple question:

What the hell is wrong with you people?

For the IGP to continuously preach of somehow being impartial is not only contradictory, but I personally find it BS.

And not just any normal BS.

No, this is the type of BS that is so fertile it could have been used in our oil palm estates and all the trees would have been bearing enough fruit to put Indonesia out of business.

The IGP needs to stop spreading fertiliser, and actually do something. This is no longer an image problem for the boys in blue.

People’s minds are already set that the police can do wrong. And that’s not right.

Even then, I’m wondering about the upper echelon that runs the police as well.

I mean, how is it that our beloved bold, bald and scatterbrained Home Minister can somehow state in Parliament that the police could not maintain order in the Chow Kit area because it was unclean?!

How exactly is Chow Kit a threat to the police? This was never explained to me. Is it the prostitutes?

The homeless and stateless children, perhaps?

What is it that could threaten the police so badly to the point of abandoning tax paying citizens and allowing them to be exposed to criminal conduct from snatch thieves, drug addicts and rapists?

And yet somehow, the police are apparently not all that easily endangered.

In fact, with the A. Kugan case currently highlighted, it goes to show that our police, while being threatened by prostitutes on Chow Kit, can allegedly kill a car thief with a glass of water, causing him to foam in the mouth, with bruises appearing all over his body.

Yes, I do read Nat Tan’s jelas.info even if we don’t agree with one another 100 percent.

But this is not the first case of police brutality to surface, isn’t it?

A few years back, during the Freedom Film Fest, it was highlighted of how an Indian suspect had somehow allegedly escaped from Brickfields police station and jumped into a river and found dead by the police.

The emotional backlash from the community was very vocal. The Hindu community held the funeral for the guy right outside the police station compound.

Personally, I think the police staff in the station didn’t dare show their faces for that one.

I don’t highlight these matters without admitting that I do support the police force in all their works.

Not only that, I send them congratulatory e-mails praising them every single time they hold a roadblock to catch rempits in Shah Alam.

I do know they are not getting their fair share of salaries, how their equipment is sometimes below standards due to corruption from above.

I also know that they are good people who just weren’t born with a silver spoon, or a golden cup. They are people carrying out orders, and I hold those issuing out the orders responsible for the reckless handling of what was once the Malaysian Royal Police, now what I deem personally as a biased, personal army, which no longer serves the King.

Labels: , ,

 

 

Saturday, January 24, 2009

Hebatnya Kemiskinan Di Terengganu!

Sungguhpun Terengganu merupakan sebuah negeri yang menjana sumber pendapatan terbanyak untuk negar melalui pengeluaran petroleum, negeri itu merupakan salah sebuah negeri termiskin.

Nilai petroleum yang diseumbangkan oleh Negeri Terenggani ialah sebanyak RM7.4 billion sejak 2004 namun msih berbaki sebanyak RM2.2 billion yang masih tidak diserahkan kepada penduduk negeri itu.

Daripada jumlah RM7.4 billion tersebut, Syarikat Perumahan Negara memperolehi sebanyak RM700 juta dan sebuah kerajaan negeri turut mendapat RM400 juta. Namun penyerahan RM400 juta yang diluluskan oleh Timbalan Perdana Menteri itu juga semata-mata sogokan untuk memancing pengundi sebelum pilihan raya kecil diadakan.

Menemui penduduk tempatan, mereka berpendapat jurang pendapatan di antara yang kaya dan miskin amat ketara sehinggakan penduduk miskin dirampas hak pemilikan tanah mereka konon bagi tujuan pembangunan.


Perpindahan Kg Cina

Baru-baru ini, kerajaan Negeri Terengganu telah mengarahkan tanah yang berstatus sementara (TOL) diserahkan kepada kerajaan Negeri bagi membina bangunan.

Penduduk yang sudah berada di Kampung Cina yang selama lima generasi amat sedih apabil diberitahu tanah mereka di bahagian belakang mahu diambil kerajaan negeri. Pada asalnya, rumah mereka mempunyai keluasan 150 kaki dan kini hanya seluas 90 kaki. Oleh kerana ‘pembangunan’ yang ingin dilaksanakan oleh kerajaan negeri, tanah tersebut tidak lagi sesuai untuk kediaman dan mereka terpaksa berpindah.

“Secara tidak langsung, mereka menghalau penduduk di Kg Cina”, kata Lim Chai Heng yang ditemui semasa hari penamaan calon Pilihan Raya Kecil Kuala Terengganu.

Menurut Lim, pada tahun 1997, Kg Cina menerima peruntukan sebanyak USD50 melalui Tabung Warisan Amerika untuk dibaikpulih kerana diiktiraf sebagai bangunan warisan.

“Tetapi Kerajaan Negeri Terengganu mahu merobohkannya”, kata Lim.


Warga Emas Beratur di Jabatan Agama

Seorang lagi warga Kuala Terengganu yang ditemui, Ghani Abidin, 57 berkata kaum Melayu yang berusia 60 tahun ke atas terpaksa merayu kepada Jabatan Agama Negeri bagi mendapatkan bantuan bulanan yang diperuntukkan sebanyak RM200 seorang.

Menurut Ghani, kebanyakan kaum Melayu yang meliputi 80% penduduk Terengganu tidak mampu untuk membuat simpanan sepanjang riwayat mereka dan selepas tidak mampu untuk bekerja terpaksa merayu kepada Jabatan Agama.

Labels:

 

 

Friday, January 23, 2009

Maklumat Perbicaraan Perhimpunan Ulangtahun BERSIH


Pertuduhan Pertama

Bahawa kamu bersama-sama pada 9 Oktober di antara 9.50 malam hingga jam lebih kurang 10.10 malam di Laman MBPJ berhadapan bangunan Majlis Bandaraya Petaling Jaya , di Jalan Yong Shook Lin, dalam Bandaraya Petaling Jaya, di dalam Negeri Selangor Darul Ehsan telah didapati mengambil bahagian dalam satu perhimpunan yang menyalahi undang-undang, dan oleh yang demikian kamu telah melakukan satu kesalahan di bawah Seksyen 27 (5) (a) Akta Polis (Akta 334) yang boleh dihukum d bawah Seksyen 27 (8) Akta yang sama.

Hukuman:

Jika didapati bersalah, kamu boleh disabitkan dengan denda tidak kurang dari dua ribu ringgit dan tidak melebihi sepuluh ribu ringgit dan dipenjarakan selama tempoh tidak melebihi setahun.





Pertuduhan Kedua

Bahawa kamu bersama-sama pada 9 Oktober di antara 9.50 malam hingga jam lebih kurang 10.10 malam di Laman MBPJ berhadapan bangunan Majlis Bandaraya Petaling Jaya , di Jalan Yong Shook Lin, dalam Bandaraya Petaling Jaya, di dalam Negeri Selangor Darul Ehsan, sebagai anggota satu perhimpunan yang menyalahi undang-undang, dan telah didapati mengingkari perintah untuk bersurai yang diberikan oleh Supt Mohamad Shukor bin Sulong, dan oleh yang demikian kamu telah melakukan satu kesalahan di bawah Seksyen 27 (4) Akta Polis 1967 (Akta 334) yang boleh dihukum d bawah Seksyen 27 (8) Akta yang sama.

Hukuman:

Jika didapati bersalah, kamu boleh disabitkan dengan denda tidak kurang dari dua ribu ringgit dan tidak melebihi sepuluh ribu ringgit dan dipenjarakan selama tempoh tidak melebihi setahun.




Mereka yang Tertuduh:
1. Raman a/l Kanniayapan (29 tahun)
2. Ramish a/l Govinathan (28 tahun)
3. Augustine Gan Liam Tee (46 tahun)
4. Andrew Ng Yew Han (24 tahun)
5. Lau Weng San (30 tahun)
6. Ashok Kandiah a/l K.Shanmuganathan (36 tahun)
7. Lim Cheng Inn (58 tahun)
8. Paulino Francesco Miranda (43 tahun)
9. Ooi Suan Huah (58 tahun)
10. Ambrose Poh Teik Huat (44 tahun)
11. Johny bin Andu @ Abu Bakar Adnan (33 tahun)
12. Tiew Way Keng (27 tahun)
13. Thenagaran a/l Karpayah (40 tahun)
14. Ong Boon Keong (48 tahun)
15. Mohd Fasya b Mohd Tajudin (27 tahun)
16. Goh Jin Kiat (32 tahun)
17. Henry Hor @ Henry James Hor (61 tahun)
18. Mohd Khairul Anuar b Mohd Jamil (24 tahun)
19. Goh Chien Yee (24 tahun)
20. Pua Kiam Wee (36 tahun)
21. Liu Tian Khiew (50 tahun)


Labels: ,

 

 

Thursday, January 22, 2009

DEATH IN CUSTODY Kugan a/l Ananthan, 22


Malaysia: Government must investigate police torture claims

The Malaysian authorities must initiate an independent, impartial, prompt and effective investigation into the death of 22-year-old Kugan Ananthan, Amnesty International said today, amid reports that he may have been tortured in police custody.

The young man died on 20 January after being held for five days in the Taipan Police station in Subang Jaya in west Malaysia on suspicion of stealing cars. State Police Chief Datuk Khalid Abu Bakar has said that Kugan was being questioned by an investigating officer when he asked for a glass of water and suddenly collapsed. Police initially claimed that Kugan had died of “breathing difficulties”, and a post-mortem report said he had died due to fluid in his lungs.

His family strongly contest the police claim of how he died. On the night of the incident, an estimated group of 50 people, including members of Kugan’s family, stormed the Serdang Hospital mortuary where Kugan's body was taken for a post-mortem. Some of them took photographs of his body, showing signs of injury, which were later published on the blog of a Member of Parliament.

"Only through a prompt and impartial investigation will people really know what happened to Kugan," said Hazel Galang, Amnesty International' s Malaysia Researcher. "The government needs to show it is taking a strong stand against torture, especially with the country's human rights record set to be scrutinised by the United Nations Human Rights Council in February."

Several people, including Kugan's family and political party representatives, have lodged reports
with the police, urging a thorough investigation.

This death in custody follows the case of B Prabakar, a 27 year old car park attendant, who alleges that he was tortured by at least ten police officers at the Brickfields police district headquarters in Selangor State in December 2008. Seven police officers have pleaded not guilty, after being charged at Kuala Lumpur Sessions Court on 15 January with committing an act of "criminal intimidation" and "voluntarily causing hurt to extort confession".

Mr Prabakar says the police beat him with a rubber hose, splashed boiling water on his body, and asked him to stand on a chair, with a cloth around his neck, and threatened to hang him. He was arrested on 23 December in connection with a robbery, and released five days later.

Following his release, police took him to a private clinic for medial treatment during which, he says, the doctor spoke only to officers and not to him. He stated further that he was offered the equivalent of US$140 in return for not lodging a complaint against the police. Prabakar's 18 year old cousin, C Soloman Raj, who was arrested at the same time as Prabakar, also claims that he was tortured.

Amnesty International has previously reported on cases of torture in Malaysia, including Sanjeev
Kumar, who was detained under the Internal Security Act for a year and released in 2008; and M. Ulaganathan, who died in police custody in 2003. Sources close to Sanjeev gave an account of his torture and ill-treatment during his first eight weeks of detention at the Federal Police Headquarters in July 2007 in Kuala Lumpur. In July 2008, in a rare case, the High Court
awarded damages to the mother of Ulaganathan who died while in police custody in 2003.

"These cases are violations of international human rights standards governing law enforcement officers," said Hazel Galang. "Police are failing to respect the rights of detainees in custody. The government must act on this, and prosecute police officers who have violated the human rights of these detainees."

Background

Malaysia is scheduled to be reviewed by the Human Rights Council of the United Nations on 11 February 2009. Under this procedure the human rights situations in all UN member states are reviewed on a periodic basis.

In a 2005 report, the government-created Royal Commission to Enhance the Operation and Management of the Royal Malaysia Police made recommendations regarding the conduct for the police when investigating cases. The Commission proposed an independent external police oversight body to oversee complaints on police misconduct and a code of practice relating to the arrest and detention of persons, which would provide for an independent custody officer responsible for the welfare and custody of every detainee. The Commission also proposed procedures for the conduct of police interviews, including the use of tape recordings, video surveillance and access to lawyers for all suspects during interrogation.

None of these recommendations for police reform have been implemented. The non-implementation of such recommendations from the government-constitu ted body demonstrates a lack of commitment on the part of the Malaysian government to bring about reform and to establish compliance with human rights standards as a norm in policing
work in Malaysia.

Amnesty International calls on the Malaysian government to implement these recommendations.





Hindraf Press Statement

22 years old Kugan a/l Ananthan proclaimed dead after being in custody in Police Station (Balai Polis) - Subang Jaya. What is happening to the Malaysian Indians? Why don't the UMNO led government just arrest and kill us all as the NAZI's did in the holocaust once for all as we are third class citizens and are such a sore eye to them. Look at his injuries, suffered in the police station. Look at the main media spinmaster at New Straits Times that claims that a 22 year old man can die all of a sudden within 5 days being in police custody due to breathing difficulties. You see the video below and you can see how blatant all of this is.

Such atrocities prevail in this modern times for us, the unwanted Malaysian Indians that we are. Does humanity depend on color, race, religion?? The doctored version of the post mortem report by the UMNO government made out by its spinmasters, surely will show that in Malaysia, with the current regime, humanity depends on color, race and religion.

Are we not deserving humans to enjoy the same rule of law and constitutional right to life as other Malaysians but rather to be treated as animals and slaves and to be taken in, beaten and even killed?

Why does the rule of law, constitutional rights of being a Malaysian take a back step when it involves a Malaysian Indian? What have we done to deserve such treatment when our forefathers had toiled for the progress and benefit of the nation?

The recent case of Prabakaran's permanent bodily harm inflicted by the police force has not even settled and we already have another dead body of a Malaysian Indian in the police station.
As for the missing Solomon the other who was arrested with Prabakaran seems to be out of the radar screen altogether. Is he going to end up as another dead body? The police force has neither released him nor confirmed his whereabouts until today. There is clearly no transparency or accountability by the police force on his matter.

The abuses and human right violations that are perpetrated either in the police stations or outside the police station seems endless without regard to the rule of law and the constitution.
The UMNO led government seems to be providing the protection to the police force in their modus operandi in marauding the public as and how they wish. This is clearly an indication of a police state that is against the principal of democracy in fairness and justice and above all for the total annihilation of the Malaysian Indians in Malaysia.

Thank you.
P. Waytha Moorthy
Hindraf - Chairman




Kes Ananthan : Angkara 'athma' atau 'binatang'

Matinya Kugan Ananthan 22 tahun pemuda India di Balai Polis Taipan, USJ, Subang Jaya ketika dalam tahan polis Malaysia menimbulkan pelbagai tandatanya.

Kata ibunya, kematian mengerikan anaknya itu masih belum membuatkan keluarga mereka untuk menerima alasan Ketua Polis Selangor.

Gambar pun sudah ada. Kesan penderaan pun sudah dirakamkan.

Matinya dikatakan oleh Khalid Abu Bakar Ketua Polis Selangor itu sebagai "setelah minum segelas minuman dan setelah diserang 'athma'". Bermaksud dikala 'athma' menyerangnya, seluruh badannya seperti dihiris-hiris menggunakan benda tajam dan seperti dihentam menggunakan sesuatu. Begitukah ?

Hebat sungguh diagnosis KP Selangor itu.

Andaikan diagnosis itu tidak betul, siapakah binatang yang cuba merobek dan mengoyakkan badan Kugan ?

Bukan sahaja Abdullah Ahmad, malah Ketua Polis Negara dan Ketua Polis Selangor adalah orang yang bertanggungjawab dalam malapetaka ini.

Penafian awal polis tanpa siasatan sangat-sangat memalukan rakyat Malaysia. Polis cuba mengibaratkan rakyat Malaysia sebagai 'orang utan' yang tidak mempunyai pemikiran.

Jika diagnosis KP Selangor adalah salah, rakyat Malaysia wajib mencari binatang mana yang melakukan kerja ini ?


sumber: www.alkerohi. blogspot. com




Labels: , ,

 

 

Lack of political will from Federal government for reform despite public demand

Press Release
22 January 2009

The Malaysian government under the Barisan Nasional remained rooted in its approach and ignored calls for greater respect for freedom of expression despite a loud message from the public who voted for a much stronger opposition representation in the 2008 general elections, the Centre for Independent Journalism (CIJ) noted in its annual review launched today.

The review noted that the government in 2008 has neither relaxed its legal restriction on freedom of expression nor committed in any concrete terms for any such plan. Change, however, was witnessed in the implementation of the laws.

In the right to freedom of assembly, the law was used inconsistently in favour of demonstrators aligned to the Barisan policy while clamping down on anti-establishment groups. In the online space, recognition was given to certain sites while critical bloggers continued to be targeted under existing laws. The licensing provision governing the media continued to be used on the mainstream publications and stations while opposition papers were granted permits to publish soon after the election. "It would indicate that the Barisan Nasional will be tougher on the institutions including the media, to address its defeat or insecurity following the general elections. These actions only point to a government that is less tolerant to the exercise of fundamental human rights, freedom of expression being one of them.

"Our monitoring shows that the mainstream media has very little room to operate to provide more balanced and accurate information, and the pressure is on the media bosses to spin the content. But this is precisely the kind of control that was rejected by many voters during the elections, who then turned to the online sources. So, the BN really has to change its course if it is sincere about winning public confidence," said CIJ executive director Gayathry Venkiteswaran.

However, the year was also marked by the public's various attempts to discuss issues of identity and religion and the resulting backlash. It is worrying that party owned media joined in the fray without contributing to greater understanding on the long-standing issues, by further emphasizing the talks on racial, instead of national unity. The active portrayal of a scenario of doom for the Malay majority, through linking their well-being with that of the ruling coalition, impeded the year's progress towards more openness.

CIJ regrets that the selective granting of spaces are at best half-hearted measures in the face of increasing public demand for openness. The government's continued grip on the press and spaces of expression will continue to result in poor check and balances and further alienating the public.

On the other hand, states under the Pakatan Rakyat have taken steps towards openness, for example, the commitment of the Selangor and Penang state governments to introduce access to information laws. This is one of the measures necessary to put in place a more open, transparent and accountable government. "We hope that at the Federal level, the disclosure on the highway agreements is the first step towards a more responsible government," Gayathry said adding that the government has only defended the Official Secrets Act and rejected suggestion for an access to information law.

At the launch, CIJ introduced the badges "Hands Off! Journos at Work" to drive home the point that journalists need to work in a safe environment. All attacks from groups and individuals must be condemned and CIJ has been urging for investigations into these attacks to be given attention. "We find individuals and worse still political leaders harassing journalists and we stress that this is completely unacceptable. There are many ways to register complaints or unhappiness with a media organisation over its coverage, but attacking the journalist in any way is out of the question.

"The Cabinet had said last year it wanted such incidents to stop, and we are still waiting for the outcome of that. "The case in Parliament is also an example of preventing journalists from doing their work, and the solution is not to block but to consult media representatives on how best the media can work in a changed environment," she said.

The badge symbolizes all media workers, who are assigned to do their job need protection. The caption: HAND OFF: JOUNOS AT WORK It self already telling you pr who ever not to interfere the job of media people. And the red triangle symbolizes the need of is comfort zone kind a feeling for the media people during their assignments. It also representing a security environment for media people during their work.

Issued by
Centre for Independent Journalism

Labels: ,

 

 

Wednesday, January 21, 2009

Anugerah Juara Lagu 23: Mak Buyong Datang

Di belakang Mak Buyong, seorang pengawal peribadi wanita yang kerjanya memegang selendang

Lelaki berkot dan wanita bertudung ialah antara pengawal peribadi Mak Buyong yang bertugas

Isteri bakal Perdana Menteri, Datin Seri Rosmah Mansor (sebut: Mak Buyong) membuat keputusan untuk turut hadir sebagai tetamu di malam Anugerah Juara Lagu ke-23, pada 18 Januari 2009 di Stadium Nasional Bukit Jalil.

Keputusan tersebut dibuat pada minit terakhir. Menurut sumber dari sekretariat TV3, Mak Buyong berkata beliau akan hadir ke majlis tersebut sekiranya BN (sebut: rasuah) menang dalam pilihan raya kecil Kuala Terengganu pada 17 Februari.

Jadi, selepas menerima keputusan kemenangan PAS, pihak TV3 tidak membuat tempat duduk khas dan persiapan-persiapan lain dalam menyambut Mak Buyong yang juga didakwa oleh beberapa pihak bahawa beliau terlibat dalam pembunuhan Altantuya.

Bergemerlapan

Sesuai dengan tema majlis, Iluminasi Muzik Bermula..... baju Mak Buyong sungguh bergemerlapan. Itulah kali pertama aku melihat dia dari arah dekat (kurang daripada 3 meter).

Nak kata baju kurung, bukan. Nak kata kebaya...what? Mak Buyong wearing kebaya? Nak kata jubah pun bukan. Inilah sebenarnya fesyen. Ketika berjalan masuk melalui permaidani merah, orang ramai aku lihat terpegun. Mungkin orang ramai terpegun melihat dia yang diiringi sekurang-kurangnya lapan pengawal peribadi. Sudah tentu tidak termasuk pengawal peribadi yang kini didakwa di mahkamah kerana membunuh Altantuya. Mungkin juga orang terpegun melihat rambutnya? Mungkin orang terpegun melihat susuk tubuhnya? (Lemah semangat aku) Mungkin orang terpegun melihat fesyen pakaiannya....

Meja makan aku ketika post-party AJL23


Teringat Cerita

Melihat gelagat fesyen Mak Buyong dan bodyguard-bodyguard yang berduyun-duyun dengan walkie-talkie masing-masing...entah apa yang dicakapkan pada setiap langkah Mak Buyong, aku tak pasti. Aku teringat dengan sebuah kisah semasa diceritakan oleh guru tadika aku.

Ia mengisahkan seorang raja yang sungguh hetrosexual, suka berpakaian cantik. Teruja apabila rakyat jelata melihat pakaian-pakaiannya yang baru. Ketua Negara lah katakan.

Isi hati rakyat melihat sebenarnya, kita tidak tahu. Ada yang terpegun tetapi mungkin ramai yang meluat.

Melihatkan keadaan itu, salah seorang rakyat jelata ingin menyatakan bahawa sikap yang sentiasa bertukar-tukar pakaian, dan menjadikannya prioritas berbanding dengan urus tadbir baik adalah suatu yang tidak sihat.

Dia, seorang tukang jahit hampir berputus asa kerana tidak tahu bagaimana dia yang hanya seorang tukang jahit dapat memberitahu isi hatinya kepada Raja.

Lalu, pada satu malam, beliau mendapat ide! Pada keesokan harinya, si tukang jahit pergi ke istana dan memohon untuk mengadap Raja. Beliau memberitahu bahawa dia ada mereka fesyen yang amat cantik dan mampu membeliakkan mata setiap rakyat. Berita tersebut menjadikan Raja amat suka hati.

Si tukang jahit mula untuk mengukur badan Raja.

Si tukang jahit berjanji baju baru akan siap dalam masa seminggu. Raja sudah tidak sabar menunggu. Lalu, bagi membuat pengumuman untuk mempamerkan bajunya yang baru itu, Raja telah mengarahkan pengawal-pengawalnya (yang pada ketika itu tak pakai walkie-talkie) untuk beritahu sekelian rakyat berhimpun di depan istananya dan beliau akan melalui jalan utama agar setiap orang dapat melihat bajunya yang baru.

Selepas seminggu, si tukang jahit kembali ke istana seperti yang dijanji. Sebenarnya, tukang jahit tersebut tidak menjahit sebarang baju pun dan beg pakaian yang dibawa sebenarnya kosong! Si tukang jahit hanya berolok-olok.

Raja terperanjat dan murka. Si tukang jahit menerangkan bahawa bajunya yang diolok-olok memegang amat menarik sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kasar.

Dengan berbogel, si tukang jahit memakai baju baru (yang sebenarnya tiada apa-apa). Selepas itu, beliau pun tidak sabar untuk menayangkan kepada rakyat yang dipaksa tunggu di luar untuk melihat bajunya.

Dengan bertelanjang bulat, dia pun berjalan sepanjang jalan dan setiap orang terbeliak dan mulut masing-masing ternganga. Tidak ada siapa pun berani berkata apa. Ada yang sampai menutup mata kerana tidak sanggup melihat keadaan perutnya yang buyong, kurap di belakang, kudis di celah kelangkang.

Lalu seorang anak kecil berkata kepada ibunya, kenapa orang itu bogel?

Ibu tersebut terus menutup mulut anak tersebut. Malangnya, Raja terdengar. Dia mula perasan bahawa sememangnya dia berbogel di hadapan seluruh rakyat.

Sejak itu dia berubah.


 

 

Tuesday, January 20, 2009

Wartawan Beri Rasuah Sudah Serah Nama ke SPRM

Gambar dari laman People's Parliament


Apabila menghubungi salah seorang daripada wartawan Merdekareview, Chen Shaua Fui, beliau memberitahu dan terkejut apabila Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia (SPRM) enggan menyiasat kes rasuah yang melibatkan kakitangan pejabat media Barisan Nasional (sebut: bahalol).

Chen sudah membuat laporan ke SPRM dan menamakan pihak yang menyerahkan wang tersebut. Namun, beliau mengakui tidak meletakkan nama kakitangan tersebt di dalam laporan polisnya.

Kakitangan yang meminta memberi nama, agensi berita dan no telefon wartawan yang ada di pusat media Barisan Nasional ialah Jagjit Singh yang merupakan pegawai di pusat media bagi PRK Kuala Terengganu.

Gambar dari laman People's Parliament


Berikut ialah kenyataan yang dikeluarkan oleh CIJ berkenaan isu tersebut:

MEDIA STATEMENT 19 January 2009 Police, EC and MACC should investigate bribery of journalists

Kuala Lumpur: The authorities should immediately investigate reports that officers from the Terengganu state Information Ministry had offered RM300 cash to journalists covering the Kuala Terengganu by-election over the weekend.

The Centre for Independent Journalism (CIJ) is disappointed that the Malaysian Anti-Corruption Commission (MACC) has decided not to investigate the case because they said the reporters could not identify the giver.

“This reflects the lack of initiative on the part of the MACC to respond to what is clearly an attempt to bribe journalists covering the by-election. This is unacceptable, as the authorities should be able to easily identify who the culprits were. Are we to accept this excuse from an agency that is to undertake a huge task of investigating corruption?

“This approach makes a mockery of the so-called reforms towards a corrupt-free society that was declared by the Prime Minister in his last minute attempts to prove that he was doing something on the issue,” said CIJ executive director Gayathry Venkiteswaran.

Gayathry said the authorities should take the matter seriously and especially the report lodged by the two journalists who acted immediately upon discovering that they were given cash in an envelope.

CIJ commends the two journalists, Chen Shaua Fui and Chan Wei See from online media MerdekaReview.com for lodging police reports immediately after receiving the cash.

The journalists are not only driven to report a criminal activity but are serious in upholding high ethical practices by rejecting any form of inducements.

In the incident, reporters at the media centre who were covering the by-election were asked to list their names, organisations and telephone numbers before being given an envelope containing six RM50 notes. Some of the journalists were reported to have returned the money to the staff at the centre, who claimed they did not know the giver. The ministry has denied making any payments to the journalists.

“The Information Minister boasted in October last year that there was no envelope journalism in Malaysia where journalists and editors are paid to highlight certain stories. How ironic that the alleged bribery over the weekend has taken place within the state information department's media centre.

“We call for an investigation by the Election Commission (EC), the police and MACC to identify the givers and that action be taken immediately,” she added.

While there are no documented cases of bribery of media personnel, influence over newsroom decisions come in the form of laws and political pressure. Among the more critical laws are the Printing Presses and Publications Act and the Communication and Multimedia Act to ensure that the ruling government has ways to penalise the media if the coverage is critical of them.



Berikut pula ialah laporan akhbar Medeka Review:

记者已供出派钱官员的名字
反贪委会反指记者无法认人

■日期/Jan 20, 2009 ■时间/04:38:20 pm
■新闻/家国风云 ■作者/本刊陈慧思

【本刊记者撰述】反贪污委员会向《新海峡时报》放话指,记者无法认出派发300元信封的官员的样子,因此该委员会将不会介入调查瓜登新闻局媒体中心发放300元“红包”一事,可是《独立新闻在线》副编辑陈慧思和记者曾薛霏在116日报案当晚到登州反贪污委员会录口供时,就已说出了派钱官员的名字。

《新海峡时报》今天引述反贪污委员会官员的言论指称,该委员会将不会开启调查档案,调查记者在媒体中心收取300元一事,原因是记者没法认出派发信封的官员。

可是,陈慧思和曾薛霏向警方报案和向登州反贪污局录口供时,都有说出派发300元信封的媒体中心负责人的名字;登州反贪污局调查官录完口供后也当场承诺,他们将传召该负责人进行盘问。

瓜登选区的新闻部媒体中心在116日下午350分左右,向在场约13名媒体记者派发一个内含六张面值马币50元纸钞的白色信封。收到这笔300元现款的陈慧思和曾薛霏在下午630分左右,到瓜登警区总部报案,要警方调查其中是否涉及贿赂。【点击:采访瓜登补选获派三百现金 《独立新闻在线》记者报案】

完成报案之后,她们陆续接到警员和警官的多通电话,向她们确认案发地点以及要她们当晚回到警局协助警方进行调查。后来一名警官在电话上告诉她们,警方和反贪污委员会开会讨论之后,已决定交反贪污委员会调查此案。

当晚1040分至约凌晨1时,她们就被警官带往登州联邦大厦(Wisma Persekutuan)的登州反贪污委员会总部,接受该委员会约两个小时半的调查。她们在口供中,皆说出了派钱官员的名字。

指称派钱动机没法确认

没有具名的反贪污委员会官员在今天《新海峡时报》的报道中还说,采访瓜登补选的记者大都是外地人,皆没有在补选中投票,因此派钱的动机没法确认。

他也认为,指摘巫统或国阵派钱给记者并不公平,而在野党指责巫统贿赂选民也是不确实的,否则回教党就不会在补选中胜出了。

记者报案当天,新闻部已透过官方新闻社马新社,否认派钱给在瓜拉登嘉楼采访的新闻工作者。马新社引述新闻部长阿末沙比里仄的新闻秘书希山阿都哈密(Hisham Abdul Hamid)说,新闻部不曾指示任何官员这么做;“这从来都不是新闻部的做法。”

无论如何,这宗具贿赂意味的事件,就发生在登州新闻局设立的媒体中心里,新闻部没法轻易撇开嫌疑。独立新闻中心(Centre for Independent Journalism, CIJ)就讽刺道:“新闻部长在去年10月才说,马来西亚没有‘酬赏编采’(envelope journalism),即我国的新闻工作者和编辑并没有被收买以放大特定新闻。可是讽刺的是上周末的贿赂行为,是在州新闻局的媒体中心发生。”

失望委员会拒调查

独立新闻中心今天发表文告,促警方、选举委员会和反贪污委员会即刻调查向新闻工作者行贿一事。该维权组织的执行主任嘉雅特莉(V.Gayatry)在文告中指出,该中心失望反贪污委员会以记者无法认出派钱者为由,而决定不调查此案。

嘉雅特莉(左图)说:“这透射出反贪污局在回应试图贿赂采访补选的记者的事件中,缺乏主动性。这是无法接受的,因为有关当局该很容易认出罪犯。我们是否可以接受这个负责大量调查工作的机构给出的理由?”

“这个作法对于首相在最后一分钟为打造零贪腐社会而作出的改革而言,是一个嘲讽。”

嘉雅特莉表示,有关当局该严正看待这个事件,特别是两名记者作出的投报。她说,她们非但据情报警,同时也秉持拒绝任何诱惑的良好操守。

Labels: ,

 

 

Kartika Affandi Pembuka Diari Galeri RA Fine Arts





Galeri RA Fine Arts yang sebelum ini banyak mempamerkan kerja-kerja seni tempatan dan antarabanga membuka tirai 2009 dengan menjemput artis tersohor di nusantara, Kartika Affandi bagi mengadakan pamean solonya.

Kartika Affandi yang merupakan anak perempuan pelukis terkenal Indonesia, Affandi pernah mengadakan pameran di seluruh dunia termasuk Indonesia, Itali, Pranchis, Australia, Brazil, China, Hungary dan Amerika Syarikat.




Hasil-hasil seni Kartika juga banyak dibincangkan di dalam banyak penerbitan antarabangsa seperti Soul, Spirit and the Mountain, Preoccupations of Contemporary Indonesian Painters (Oxford University Press, 1994) dan di majalah seperti Art in America.

Sebagai seorang penggiat seni, Kartika juga banyak menerima jemputan bersyarah di Sydney Opera House Australia, Regent Hotel, Hong Kong dan Mills College Oakland, California.



Kartika juga sering menyumbangkan karya-karyanya untuk tujuan kebajikan seperti pemuliharaan bangunan warisan dan mangsa tragedi tsunami di Acheh.

Pameran berlangsung dari 15 Januari hingga 9 Februari 2009 di Galeri RA Fine Arts.

Labels: ,

 

 

Sunday, January 18, 2009

Perkukuh Agama Menjadi IsuTerpenting

Daripada pelbagai isu yang dimainkan oleh Pakatan Rakyat dan Barisan Nasional (BN), komitmen dalam perkukuhan Islam menjadi isu penting dalam menentukan undi.

Menurut penyelidikan yang dibuat oleh sebuah badan bebas, Merdeka Centre, 26% daripada responden merasakan isu perkukuhan Islam menjadi keutamaan. Selain itu, responden yang terdiri daripada pengundi berdaftar di Parlimen Kuala Terengganu merasakan pengawalan inflasi (21%) dan membawa pembangunan berterusan (16%) memberi sdikit sebanyak mempengaruhi pengundian mereka.

Penyelidikian yang dijalankan di antara 7-11 Januari 2009 berpendapat 53% pengundi cina mahukan kerajaan baru member layanan yang lebih adil kepada kaum lain dan 18% daripada mereka merasakan membendung rasuah juga perkara yang mustahak.

Namun, penyelidikan tersebut mendapati peratusan berbelah-bahagi (50%) dalam mendapatkan pendapat mengenai kerajaan Negeri Terengganu sekarang yang menuju ke arah landasan yang betul.


Motivasi Undi

Dalam mengorek pendapat pengundi mengenai faktor-faktor yang memberi refleksi pengundian mereka, majoriti (77%) berpendapat kualiti calon menjadi perkara pokok. Motivasi lain mempengaruhi pengundi ialah isu semasa (55%) dan kebolehan parti yang bertanding (67%).

Daripada jumlah isu semasa, pengundi cina lebih cenderung kepada faktor layanan adil kepada kaum bukan Bumiputera. Mereka yakin dan bersetuju (75%) bahawa dengan mengundi calon selain daripada BN member isyarat kepada BN yang memegang pemerintahan sekarang.

Dalam soalan lain, pengundi Cina (56%) dan Melayu (46%) bersetju bahawa dengan mengundi pihak alternatif boleh memperbetulkan sikap BN selama ini.

Mengenai pelaksanaan hukum Hudud, perkara tersebut hanya mampu mempengaruhi minat satu setengah daripada jumlah responden pengundi Cina. Daripada jumlah tersebut, hanya 18% daripada mereka yang ditemuduga merasakan pelaksanaan Hukum Islam itu mustahak manakala 32% yang lainnya merasaka ianya ‘agak penting’.

Bagi pengundi Melayu pula, perkara yang berhubung dengan kuasa politik Melayu tidak menjadi perkara pokok. Hanya 17% daripada pengundi Melayu merasakan “kuasa politik Melayu dilemahkan oleh desakan kaum bukan-Melayu selepas pilihan raya umum 8 Mac lalu” malah 74% pengundi Melayu merasakan kuasa politik Melayu dilemahkan oleh sikap pemimpin yang makan rasuah dan mementingkan diri sendiri.

 

 

Saturday, January 17, 2009

Pameran Solo Catan Kartika Affandi











'Solo Exhibition The Paintings of
Kartika Affandi'
Pameran Solo Catan Kartika Affandi

Which will be launched by
Yang akan dirasmikan oleh

Tuan Yang Terutama Tan Sri Da'i Bachtiar Ambassador of the Republic of Indonesia to Malaysia

On Tuesday, 20 January 2009 at 8pm
Pada hari Selasa, 20 Januari 2009, jam 8mlm

(The exhibition runs from 15 January 2009 to 9 February 2009)
(Pameran berlangsung dari 15 January 2009 sehingga 9 February 2009)

Labels: ,

 

 

Friday, January 16, 2009

Interview with Deputy Minister

Labels: ,

 

 

‘MAUT’ 15 Januari 2009


Karya: Bade Hj. Azmi
Terbitan: Tayangan Unggul

Syaaban:
Su seorang pelajar, dalam perjalanan pulang dari universiti. Di dalam bas, selain Su, terdapat seorang lagi gadis, Fadilah. Setelah pulang ke rumah, tiba-tiba pintu rumah Su diketuk. Fadilah dalam keadaan basah kuyup meminta bantuan untuk menumpang teduh. Oleh kerana malam semakin larut, hujan lebat dan Fadilah telah diragut, Su mengizinkan Fadilah bermalam di rumahnya.

Keesokan hari, Su dapati Fadilah telah tiada. Di kaca televisyen, berita kehilangan Fadilah ke udara. Berjayakah Su merungkai misteri kehilangan Fadilah?

Story 1:
On the way home, university student, Su notices another girl (Fadilah) on the bus. An eerie feeling accompanies Su on the bus. She reaches home, still feeling the cold cutting through her bones. Later that night, a soaking wet girl knocks on her door, asking for help. She needed a place to stay for the night as her bag has been stolen. Feeling pity, Su lets her stay and the girl sleeps soundly. The next morning, she is gone. What happen to Fadilah next? Where is she going? Is she a life?



Ramadhan:
Farah, pramugari yang mengamalkan cara hidup bebas. Farah berkahwin dengan Duke, seorang jejaka Inggeris. Setelah Farah pulang daripada penerbangannya, mereka mengadakan parti meraikan perkahwinan mereka. Namun ketika di parti tersebut, Farah cemburu apabila Duke kelihatan intim dengan seorang perempuan lain. Mereka bergaduh besar dan Farah keluar meninggalkan Duke. Apakah kesudahan yang berlaku pada Farah dan Duke? Mampukah mereka mempertahankan rumah tangga mereka? Adakah Farah terus hanyut dengan gaya hidup bebas penuh kebaratan?

Story 2: Farah is a stewardess who is living her life to the fullest - drugs, sex and alcohol. She then marries her long-time boyfriend, a foreigner, who converted for love, or more appropriately…for lust. Does her married successful?



Syawal:
JJ, seorang lelaki muda yang telah hilang pegangan agamanya. Tattoo menghiasi badannya, muzik black metal memenuhi halwa telinganya. Teguran ibu dan kakaknya diambil ringan. Satu malam, selepas pulang daripada menghadiri konsert Black Metal, JJ dan kawan-kawan terlibat dalam kemalangan. JJ cedera parah. Apakah yang berlaku pada JJ seterusnya?

Story 3: A young man, JJ, forgets his roots and his religion. Tattoos on his body, black metal blaring on his stereo and free sex a regular practice; he is the son who has crushed his mother’s heart. On his way back from an illegal black metal concert, JJ and his friends got involved in an accident and JJ has a serious injury. Is JJ safe? What had happen next?

Nantikan tayangan filem Maut mulai 15 Januari 2008 …

 

 

Wednesday, January 14, 2009

Candidate quality tops voters’ considerations

News Release
January 13th 2009

BANGI – Days ahead of the crucial Kuala Terengganu by-elections, an opinion poll conducted by Merdeka Center for Opinion Research finds that voters were more intense in considering candidate quality over other factors such as issues and contesting parties.

The survey also found a marked dichotomy between the sentiments expressed by Malay and Chinese voters in the district over the direction of the country and state as well as on issues.

The poll’s findings hopes to uncover issues affecting the voters there as they make choices as well as to uncover how they are responding to statements and campaign issues brought forth by the contesting parties.

Issues
The survey reveals that a majority of voters in the Malay-majority constituency felt that things in the country and state of Terengganu were headed in the right direction.

However, upon closer scrutiny the survey found that Chinese voter sentiments were more subdued, with respect to the direction of the country, only 36% of Chinese respondents agreed that it was in “the right direction” and were split at 50% with respect to the direction of the state of Terengganu. At the same time, 70% of Malay voters said that “things were in the right direction” for the state of Terengganu.

When given a list of issues that they feel the state government should pay attention to, respondents chose “controlling inflation” (21%), “strengthening the position of Islam” (26%) and “bringing continued development” (16%) as most important. Among Chinese voters however, 53% wanted the government “to treat non-Malay communities more fairly” and a further 18% cited “fighting corruption”.

Motivations
Reflecting perhaps the developments surrounding the selection of the respective contesting candidates, the survey found that voters were more intense in considering candidate quality over other factors such as issues, contesting parties or party leaders.

The survey found that 77% of voters remarked candidate quality as “very important” as opposed to 55% and 67% for current issues and party capability, respectively.

Among the Chinese respondents however, the issue of fair treatment for non-Bumiputras appeared to have strong currency. 75% strongly or somewhat agreed that by electing a
non-BN candidate, the community could send a strong signal to the BN ruling government.

In another question, 56% of Chinese and 46% of Malay respondents agreed that voting opposition could push the BN government to “correct itself”.

The issue of Hudud captured the notice of only one-half of the Chinese voters in Kuala Terengganu. Only 18% of the Chinese voters interviewed remarked that the issue plays a
“very important”, while a further 32% saying “somewhat important” role in the election.

The survey found that issues pertaining to perceived threats to Malay political power did not resonate in the Malay dominant constituency. Only 17% agreed that “Malay political power was weakened by demands made by non Malay communities after the March 8th 2008 general elections” while 74% felt that “Malay political power was weakened by corrupt and self serving leaders”.

Voting Intentions
The survey found it difficult to ascertain the voting intention of voters in the district at the time the poll was conducted. Based on observations on the data collected, the survey believes that the Malay vote at the point in time the survey was conducted to be split with a small margin of voters, perhaps around 8% still remaining undecided. The survey found that some 11% of voters have not made their choices at that point in time.

Tendencies among Chinese voters were also difficult to gauge but observations on responses towards issues indicate a slight leaning in favor of the opposition.

The opinion poll was carried out by the Merdeka Center for Opinion Research between 7- 11th January 2009 to gauge voters’ perceptions of current issues and developments surrounding the by-election. 527 voters registered in Kuala Terengganu comprising 408 Malay and 119 Chinese respondents were interviewed by telephone in the poll.

Respondents were selected on the basis of random stratified sampling along ethnicity, gender and state constituency. The survey was funded internally by Merdeka Center for Opinion Research for release to the public.

About Merdeka Center for Opinion Research
Merdeka Center for Opinion Research was formally established in 2001 as an independent organization focused on public opinion research and socio-economic analysis. Its members comprise social scientists and professionals with qualifications in economics, communications, marketing and law. Merdeka’s mission is to act as a bridge between ordinary Malaysians and other stakeholders with the leading members of the nation – by collecting public opinion studies and expressing them through survey results, analysis and position papers.

For details, visit: www.merdeka.org

Labels:

 

 

Tuesday, January 13, 2009

FILEM MAUT: Bikin Kita Insaf


Karya: Bade Hj. Azmi
Terbitan: Tayangan Unggul

Cerita 1:
Su seorang pelajar, dalam perjalanan pulang dari universiti. Di dalam bas, selain Su, terdapat seorang lagi gadis, Fadilah. Setelah pulang ke rumah, tiba-tiba pintu rumah Su diketuk. Fadilah dalam keadaan basah kuyup meminta bantuan untuk menumpang teduh. Oleh kerana malam semakin larut, hujan lebat dan Fadilah telah diragut, Su mengizinkan Fadilah bermalam di rumahnya.

Keesokan hari, Su dapati Fadilah telah tiada. Di kaca televisyen, berita kehilangan Fadilah ke udara. Berjayakah Su merungkai misteri kehilangan Fadilah?

Cerita 2:
Farah, pramugari yang mengamalkan cara hidup bebas. Farah berkahwin dengan Duke, seorang jejaka Inggeris. Setelah Farah pulang daripada penerbangannya, mereka mengadakan parti meraikan perkahwinan mereka. Namun ketika di parti tersebut, Farah cemburu apabila Duke kelihatan intim dengan seorang perempuan lain. Mereka bergaduh besar dan Farah keluar meninggalkan Duke. Apakah kesudahan yang berlaku pada Farah dan Duke? Mampukah mereka mempertahankan rumah tangga mereka? Adakah Farah terus hanyut dengan gaya hidup bebas penuh kebaratan?

Cerita 3:
JJ, seorang lelaki muda yang telah hilang pegangan agamanya. Tattoo menghiasi badannya, muzik black metal memenuhi halwa telinganya. Teguran ibu dan kakaknya diambil ringan. Satu malam, selepas pulang daripada menghadiri konsert Black Metal, JJ dan kawan-kawan terlibat dalam kemalangan. JJ cedera parah. Apakah yang berlaku pada JJ seterusnya?

Nantikan tayangan filem Maut mulai 15 Januari 2008 …

 

 

Monday, January 12, 2009

BN Government fails to cater for the welfare of the ELDERLY ...

Captured from Charles Hector's writing

The UMNO led-BN government attempts to mislead Malaysians into believing that it is a caring government - that cares about its elderly - the 'warga emas' (or 'golden citizens') - and that was all that hoo-hah about pensioners - and the extra additional benefits that pensioners in Malaysia would enjoy.

What about the rest of the elderly in Malaysia - i.e. those that are not pensioners? Now, if I am not wrong, I believe that the number of pensioners since 1957 is less than 500,000 - what about the other 'warga mas' - in our country which has a population of more than 27 million today.

How many 'warga mas' do we have in Malaysia? How many of them are under the pension scheme? How many of them are spouses of persons under pension schemes that benefit from them? How many are those that do not receive pensions?

We really need statistics of persons above 55 years old (i.e. the normal age of retirement)? But then, when I went hunting for this information at the Malaysian Statistic Department website - I found that they did not have this required figure?

They had figures for those who were in the following age groups only from 1963 until 2008 :-
0 - 14 years
15 - 64 years
65 years and above....

I wonder why there is no information about how many are above 55 years of age...

In fact, it will be good to know how many are 40-50, 50-55, 55-64, 65 and above. That will be needed for the necessary planning about our 'warga mas'.

Will some member of parliament (MP) ask these relevant questions?

How many of these persons over 55 (and retired) are on pension schemes?

How many are not?

Remember that our good government convinced many civil servants to opt for the EPF scheme - and they did so, and now they will no more be getting their pensions.

And the problem with the EPF, is that for many very little remains because again our goon BN government allowed persons to take out the mony meant for their old age t0 BUY things now. WHY? to help our ailing economy. Hence take your 'old-age-savings', and spend it now....What remains in the EPF accounts when persons retire now will not be able to sustain them for very long, would it now?

Now, for the self employed - there was no EPF - and after a time, you would not be able to work and earn anymore. Will there be enough monies to sustain you until the age of 72...77 or maybe even 100?And the important news, is the Malaysian Life Expectancy is about 72 (male) and 77(women) - and that means we have to look at the welfare of our warga mas for a very loing time after they retire at 55 or 58...

Life Expectancy At Birth (Updated 2 January 2009)


Life Expectancy At Birth(Number of Years)

Male
(2005) 71.4
(2006p) 71.5
(2007p) 71.7

Female
(2005) 76.2
(2006p) 76.3
(2007p) 76.5

The Malaysian UMNO-led BN government (and even the possible future Pakatan Rakyat government) must seriously consider how it is going to take care of our elderly in Malaysia - our warga emas? ALL of them - not just the few 'pensioners'...

The current statistics say that there are more than 1.2 million persons in Malaysia above the age of 65.If there are about 500,000 pensioners, then maybe those above 65 would be about 200,000 - so what about the welfare and care for the about 1 million above 65 Malaysians.

How about the welfare of the millions of Malaysians above 55.... this could be a further 5 - 6 million persons.

One thing that could be done immediately is to provide free healthcare and treatment for all warga emas above the age of 55 at our National Heart Institute (IJN)..

That is why, I believe that the government must put in place policies, laws and facilities to ensure welfare of its people - health, food, shelter, clothing ....and in today's world, it should also include communication.

Mohd Najib Razak, possibly the BN's choice for the next Prime Minister obviously is not interested in the welfare of individual persons in Malaysia - just the making of more money and profit. That was clear in his support for the privatisation of the IJN (National Heart Institute). Luckily, that has been stopped for the moment - but still IJN or Heart healthcare remains unaccessible to the normal Malaysian, who was not a public servant....or the majority of the elderly in Malaysia...

Labels: ,

 

 

Sunday, January 11, 2009

Polis Hentikan Demo untuk Palestin





Kechik ketika di dalam trak sambil menjerit "Polis Macam Israel"


Semalam lagi aku sudah menerima beberapa sms mengingatkan aku tentang program anjuran Gabungan Anti Perang (GAP)bertujuan untuk Vigil Solidariti Untuk Rakyat Palestin dan Tamil Eelam.

Perhimpunan aman tersebut diadakan di Dataran Merdeka jam 8 malam.

Ya, aku memang mahu hadir memandangkan beberapa siri demonstrasi sebelum ini aku tidak dapat hadiri atas urusan kerja.

Disebabkan tersekat dalam kesesakan, hujan dan penutupan jalan bagi memasuki kawasan Dataran Merdeka, aku tiba lewat setengah jam.


Polis Trafik Halang Letak Kereta

Member yang sukarela menemani aku untuk turut serta dalam perhimpunan minta pandangan tempat sesuai untuk parkir.

Jalan di antara Dataran Merdeka dan Bangunan Sultan Hishamuddin (dahulunya Mahkamah Tinggi) sudah ditutup - sudah aku sangka setiap malam minggu jalan tersebut memang ditutup untuk para pelancong.

Aku memberitahu untuk meletak kereta di kawasan gereja atau di Kelab Diraja Selangor. Kecewa bila jalan ditutup.

Aku tidak mahu parkir di Bar Council sebab bayarannya yang tidak masuk akal - RM5.

Jadi, aku beritahu untuk parkir di Bangunan Loke Yew.

"F**K, polis trafik tak bagi masuk pulak!"

Polis: Nak pergi mana?

Aku: Nak parkir

Polis: Tak boleh, jalan tutup.

Aku: Apasal?

Polis: Boleh masuk kalau nak pergi pejabat (sambil tunjuk ke Bangunan Loke Yew)

Waktu pada masa itu menunjukkan 8.40 malam. Aku tertanya-tanya adakah pejabat buka pada malam minggu?

Aku: Pejabat apa encik ada kat sini?

Polis: Ada lah.

Aku: Kalau macam tu saya nak pergi pejabat.

Polis: (Hairan) Nak pergi pejabat? Kat mana?

Aku: Kat situ lah ! (sambil menunjuk ke arah bangunan Loke Yew)

Polis: Saya tak nak layan. Dah, jalan.

Mujur kami dapat parkir berdekatan Bangkok Bank.

Setibanya di sana, rupa-rupanya penuh dengan kira-kira 100 anggota polis dan FRU.

Dan orang ramai (termasuk pelancong) kira-kira 200 orang memegang lilin.



Charles di kiri sekali cuba mententeramkan polis yang mula bertindak ganas



Seperti biasa, Timbalan OCPD Sydney menunjukkan taiko nya. Langsung tak dibenarkan berkumpul.

Runding punya runding, beliau beri 1 minit.

Charles (Santiago) pun kata, "kalau macam tu tangkap kami".

Arul(chelvam): Ya, tak payah nak guna kekerasan. Bawa trak, kita masuk ramai-ramai.

Orang ramai sorak. Pelancong bingung.

Charles: Tuan, ini isu Palestin. Kita akan bincang di Parlimen minggu depan. The world is watching us.

Polis: No, ini isu lain.

Dr Nasir Hashim ketika dibawa masuk ke trak polis



Seramai 21 pejuang sukarela ditahan, bagi mengelak polis daripada mengganas. Selain daripada Charles dan Arul, mereka yang ditahan dan dibawa ke Balai Polis Dang Wangi ialah Abdullah Sani (Ahli Parlimen Kuala Langat), Nalini Emmanumalai, Kechik. Norlaila Othman (isteri tahanan ISA) dan Dr Nasir Hashim (ADUN Kota Damansara).

Aku rasa, kalau mereka tidak menyerahkan diri, sudah pasti polis akan bertindak di luar kawalan dan menggunakan kekerasan.

Dan kemudian memberi pelbagai alasan seolah-olah mereka menjalankan tugas dan memberi amaran kepada media untuk tidak siarkan.


Amaran: Tidak dibenarkan menggunakan gambar-gambar yang disiarkan tanpa izin pemilik blog ini terutama tabloid politik.

Berita-berita lain:

http://padedoh.wordpress.com/2009/01/10/21-arrested-at-anti-war-vigil/

http://sjsandteam.wordpress.com/2009/01/11/21-people-arrested-including-politicians-at-dataran-merdeka/

http://tukartiub.blogspot.com/2009/01/tangkapan-zionis-tempatan.html

http://malaysiakini.com/news/96209

Labels: , ,

 

 

Wednesday, January 07, 2009

Temuramah aku dengan Exco Kanan Negeri Perak


Ahli exco kanan Kerajaan Negeri Perak, Dato Ngeh Koo Ham mempunyai visi agar rakyat Perak mendapat layanan samarata tanpa mengira warna kulit. Bagi memperkasakan rakyat, Ngeh berpendirian bahawa apa yang lebih penting ialah kebolehan seseorang itu.

Beliau juga menceritakan rancangan kerajaan baru Negeri Perak dan serangan BN dalam cuba memburukkan barisan pentadbiran baru ini.




Apakah program-program yang telah dilaksanakan oleh Kerajaan Negeri untuk rakyat Perak?


Kita mempunyai senarai dasar-dasar dan program yang dibentuk dan akan berterusan ke arah inisiatif-inisiatif untuk rakyat di masa mendatang. Salah satu aspek ialah kepentingan hak sama rata untuk semua warganegara. Sememangnya, kita tidak mempersoalkan hak istimewa Melayu dan Orang Asal di Sabah dan Sarawak, seperti yang termaktub di dalam Fasal 153 Perlembagaan Persekutuan. Menteri Besar Perak, Datuk Seri Mohammad Nizar Jamaluddin juga telah menyatakan bahawa kita tidak akan mendiskriminasikan seseorang berdasarkan kaum atau kepercayaan.

Jika kita meneliti Fasal 153, ianya jelas menunjukkan bahawa ia menyentuh tentang tindakan proaktif bagi membantu Melayu dan Orang Asal di Malaysia. Ia menekankan mengenai “kedudukan istimewa” dan bukannya “hak isitimewa”. Sebab itu, kita menekankan kepada lima bidangan; pendidikan, perkhidmatan awam, pengeluaran lessen, ruang pameran dan biasiswa.

Selain itu, apa juga undnag-undang Kerajaan Persekutuan mendiskriminasi berdasarkan kaum melanggar Fasal 8 Perlembagaan, yang mana jelas menyebut bahawa kita semua sama di bawah undang-undang.

Di bawah Kerajaan Perak, kita memperjuangkan semangat yang dinyatakan di dalam Fasal 153 tanpa meminggirkan semangat di dalam demokrasi sosial yang mana menjadi pegangan DAP. Kita memastikan setiap warganegara mempunyai akses samarata terhadap makanan, tempat berteduh, pakaian, pendidikan dan kesihatan. Ini juga selaras dengan konsep negara kebajikan yang diperkenalkan oleh PAS (Parti Islam se-Malaysia) serta demokrasi sosial yang seiring dengannya.

Dari segi inisiatif-inisiatif khusus, kita sudah memperuntukkan RM 1 juta untuk membantu golongan miskin tegar bagi peruntukan makanan seperti minyak, gula dan beras. Kita juga telah mengumumkan 20,000 golongan dalam kumpulan miskin tegar (berpendapatan RM700 sebulan seisi rumah) akan menerima 20 meter padu air percuma. Melalui Yayasan Perak, kita juga memberi RM1000 kepada setiap isi rumah yang berpendapatan kurang daripada RM1500 yang mempunyai anak pertama berjaya memasuki universiti. Program-program kebajikan sosial yang lain termasuk memberi lot-lot perumahan dengan harga yang rendah kepada mereka yang tidak mampu untuk membeli tanah. Bagi mereka yang tidak mampu untuk mendirikan rumah walaupun tanah diberikan, kita memperuntukkan kepada syarikat pembangun untuk menyiapkan rumah untuk mereka. Syarikat pembangun tersebut akan memulangkan 20-30 peratus kepada Kerajaan Negeri dan kita akan menjualkannya kepada golongan yang layak pada separuh harga tersebut. Dengan itu, rumah yang berharga RM70,000 kini serendah RM35,000 menjadikannya mudah untuk rakyat memohon pinjaman bank. Kita juga mendirikan rumah pangsa yang disewa dengan harga kadar RM100 sebulan.

Apa yang lebih penting, motif kita semua ialah untuk menjana kekayaan. Tanpa kekayaan, kita tidak mampu untuk mengagihkannya. Oleh yang demikian, kita telah mulakan program yang dipanggil “Pengayaan dan Penjanaan Rakyat”. Sebagai contoh, kita mengagihkan status pegangan hakmilik bebas kepada 149,000 keluarga di kampung baru dan Kampung Tersusun. Sememangnya, Umno telah mula mempolitikkan hal ini dengan mengatakan projek yang kita cadangkan ini akan memberi manfaat kepada kaum Cina. Ini tidak benar kerana majoriti penduduk luar bandar sebenarnya Melayu dan ada juga kaum India. Dasar kita jelas; tidak berdasaskan perkauman – kita hanya mahu mengkayakan negeri Perak. Dengan menjalankan stimulasi terhadap ekonomi tempatan, kita juga menjana pendapatan kepada kerajaan negeri. Lagi pun, projek-projek tersebut bernilai lebih RM1.5 bilion yang mana kerajaan negeri hanya mengambil 20-30 peratus daripadanya. Dengan ini, semua pihak mendapat manfaat daripadanya.

Akhirnya, kita juga teruja dalam usaha mempromosikan industry pelancongan di Perak. Kebanyakan daripada kita tidak mengetahui Perak mempunyai banyak lokasi pelancongan yang mampu menarik pelancong-pelancong luar. Kami berasa kecewa apabila Kerajaan Pusat enggan bekerjasama dengan kita dalam mempromosikan industri ini. Kita juga telah menubuhkan majlis tempatan bagi tujuan ini sungguhpun kami masih menaruh harapan terhadap kerajaan pusat. Perak mempunyai Gua Tempurung, Pulau Pangkor yang antara lain telah dibangunkan oleh badan-badan-syarikat persendirian untuk pelancongan. Kita perlu bekerja dalam semua sudut bagi mendapatkan keputusan yang cemerlang.




Apa bezanya Kerajaan Pakatan Rakyat sekarang dengan Barisan Nasional (BN) sebelum ini?

Semasa kerajaan BN, budaya rasuah telah mencemarkan hasrat pelabur-pelabur luar untuk melabur di sini (Perak). Sekarang, kita lihat mrea sudah mula berminat untuk kembali melabur kerana mereka dapat melihat bagaimana telusnya kerajaan baru kita.sebgai contoh, kita mempuyai 5,000 ekar tanah di Meru Raya, berhampiran Ipoh dan kita menggunakan lapan ekar daripadanya bagi pembinaan Hab Pengangkutan Ipoh Tengah. Projek tersebut mendapat kerjasama dengan syarikat-syarikat swasta. Kita akan dapat menikmati bas-bas baru sebanyak 250 buah yang akan mula beroperasi mulai tahun hadapan, sekiranya sistem pengangkutan awam diselaraskan di Lembah Kinta.

Selain itu, kita menyedari betapa pentingnya untuk menghargai usaha-usaha yang telah dimainkan oleh badan-badan pertubuhan bukan kerajaan (NGO) dalam menggalakkan mereka bersama-sama memperbaiki sistem pengangkutan di Perak. Kita perlu sedar bahawa merekalah yang menyediakan perkhidmatan-perkhidmatan ini, bukannya kita.

BN tidak pernah menghargai usaha-usaha tersebut. Sekiranya terdapat sebuah NGO yang menubuhkan pusat dialisis, mereka akan dikenakan RM5,000 bagi setiap pemindahan. Ini kerja mengarut. Sekarang kita hanya mengenakan kadar berpatutan sebanyak RM1,000 sementara sekolah-sekolah dikenakan RM1. Ini penting bagi menggalakkan NGO mengambil bahagian bagi membantu masyarakat yang memerlukan.

Kerajaan sebelum ini telah meluluskan 400 ekar tanah bagi pembinaan Kolej TAR (Tuanku Abdul Rahman). Di bawah pentadbiran Dato, kerajaan negeri memperuntukkan 2,400 ekar tanah bagi membiunaan sekolah-sekolah Cina. Apa komen anda?

Ya, Umno banyak mempersoalkan perkara ini di media-media arus perdana. Tetapi, kita memberitahu bahawa kerajaan negeri sekarang memberi lebih banyak tanah, bukan hanya untuk pembinaan sekolah-sekolah kebangsaan tetapi juga bagi pembinaan masjid, sekolah agama, kolej untuk kaum Melayu dan sebagainya. Masalahnya, media perdana tidak melaporkannya.

Kita telah meluluskan 6,500 ekar tanah bagi pembinaan kolej untuk orang Islam manakala 2,400 ekar untuk sembilan sekolah swasta. Pendidikan ialah amanah kerajaan. Jadi, sekiranya sektor swasta mahu menyediakan sekolah-sekolah ini, kita membantu mereka dalam meningkatkan tahap sistem pendidikan. Kita sama-sama mendapat manfaat. Kita perlu mengambil ukuran ini dalam menghalang pengaliran keluar pekerja-pekerja mahir ke luar Negara yang menggugar Negara kita selama ini. Kita perlu kekalkan mereka ini di sini dan mengelak mereka daripada merantau dan bekerja di Negara luar.



DAP menerima penyertaan PAS dalam pentadbiran kerajaan negeri. Bagaimana pula dengan masyarakat Melayu di Perak? Adakah mereka sedar dengan terdapatnya lebih ramai perwakilan DAP di dalam barisan exco?

Umno sering memainkan sentimen ini untuk menakut-nakutkan Melayu. Namun, secara perlahan-lahan rakyat mula sedar bahawa DAP tidak pernah meminggirkan Melayu. Lagi pun, saya sering mengingatkan Menteri Besar (Perak) bahawa kita perlu membuat yang lebih kepada kaum Melayu agar mereka faham usaha kita membangunkan Melayu dan menunjukkan bahawa kita lebih baik daripada BN. Sesiapa yang melakukan kerja dengan lebih baik ialah sepatutnya dilantik – tidak kira bangsa. Kita tidak sepatutnya memilih seseorang berdasarkan warna kulit, sepertimana yang berlaku dalam pemilihan Presiden Amerika Syarikat.

Apa yang lebih mustahak ialah rakyat akan merasakan mereka terjamin dan bukannya melihat bahawa kita bekerja untuk kroni. Sekarang, semua bangsa mendapat perlindungan di Perak, termasuk Orang Asli yang sering dipinggirkan semasa pentadbiran kerajaan lalu.




Bagaimana pula dengan imej anti-Melayu dan anti-Islam dalam DAP yang sering dilihatkan oleh Malaysia?


Pertamanya, DAP ialah sebuah parti social democrat yang berada di bawah kumpulan Socialist International, yang mana ia merupakan organisasi politik terbesar di dunia. Di Eropah, 12 daripada 15 negara diperintah oleh parti seperti ini termasuk Australia dan New Zealand. Jelas, Negara-negara ini bukannya negara Cina. Jadi, ianya jelas bahawa ia bukannya isu dominan masyarakat Cina, sungguhpun Umno secara sengaja dan berniat jahat ingin memperlihatkan DAP seperti itu. Ia juga sama dengan cara MCA yang cuba menakutkan masyarakat Cina terhadap PAS yang menggelar PAS sebagai syaitan. Semua ini secara terang berasaskan kepada politik perkauman dan BN seronok menggunakan cara ini.

Jadi, apabila kita mengutarakan semangat kesaksamaan dan keadilan, mereka cuba memperlihatkan bahawa kita ingin menghapuskan kedudukan istimewa Melayu. Sudah semestinya, kita tidak memberi layanan sedemikian. Lagi pun. Islam juga tidak mengajar umatnya berbuat demikian, dan sudah semestinya orang Melayu juga tidak mahu memberi ketidakadilan kepada kaum lain.

Sekarang, orang Melayu sudah mula sedar bahawa tuntutan Umno yang kononnya memperjuangkan hak Melayu sebenarnya memberi manfaat kepada segelintir orang, bukannya Melayu kebanyakan.

Saya percaya, jalan terbaik untuk mengatasi ide-ide negatif yang dipropagandakan oleh Umno ialah melalui setiakawan dan merapatkan silaturrahim. Semasa Pilihan Raya Umum yang baru lalu, saya menerima 30 peratus undi Melayu di Beruas. Keputusan dimumkan jam 11 malam dan pada 3 pagi kita sudah mampu mengumumkan kerajaan baru bersama Pesuruhjaya PAS Negeri, Ustaz Ahmad Awang dan Pengerusi PKR Zulkifli Ibrahim. Kita mampu menubuhkan kerajaan dalam beberapa jam sahaja melalui ukhuwah ini.


Kalau kita lihat di Pulau Pinang, Kerajaan Negeri itu mengamalkan prinsip CAT. Bagaimana dengan Perak?


Kita tidak mempunyai slogan sedemikian. Namun, pendirian kami jelas. Secara prinsipnya, kita bersetuju pada dasarnya bahawa tidak ada seorang pun ahli majlis yang layak untuk mendapat seinci tanah dari kerajaan negeri. Dan kita langsug tidak menerima amalan rasuah di dalam pentadbiran kita. Juga, Kerajaan Perak sekarang menumpukan kepada pengayaan, bagi mengkayakan rakyat Perak.

Dalam masa tempoh setahun, kita merancang untuk membenarkan semua pemilik tanah dan industri di luar perkampungan baru memperbaharui hak pemilikan mereka yang luput selepas 99 tahun. Selain itu, kita menggalakkan segala bentuk perniagaan dan industri dan pada masa yang sama melindungi alam sekitar. Kita akan menerokai perlombongan seperti kalsium dan magnesium yang banyak terdapat di Perak.




Apa pula pandangan Dato dalam skandal rasuah yang berlaku di dalam barisan exco?

Memandangkan kes ini sedang dibicarakan, saya tidak dapat memberi komen mengenainya. Saya telah menasihati mereka yang terbabit untuk membuat laporan polis. Banyak perkara di dalam kes ini yang boleh dipertikaikan.

Labels: , , , , ,

 

 

Get awesome blog templates like this one from BlogSkins.com